Laman

Kamis, 30 Januari 2020


JELAJAH KE GUNUNG TAMPOMAS SUMEDANG


Seperti halnya kota-kota di Jawa Barat, Sumedang pun banyak memiliki destinasi wisata. Ada yang berupa curug (air terjun), perkebunan teh, sumber air panas, pemandian air panas, kampung wisata (agrowisata), mata air, waduk (bendungan), eco green park, gunung, museum, hingga arung jeram.

Beberapa destinasi wisata curug di Sumedang di antaranya: Curug Ciptawangi, Curug Cigorobog, Curug Cipongkor, Curug Cibayawak, Curug Sabuk, dan Curug Cinulang. Yang termasuk perkebunan teh adalah Perkebunan Teh Margawindu. Yang termasuk sumber air panas, wisata mata air, pemandian air panas, dan wisata alam adalah Sumber Air Panas Sekarwangi, Wisata Air Gajah Depa, Mata Air Sirah Cipelang, Pemandian Air Panas Cileungsing, Pemandian Air Panas Conggeang, Wisata Mata Air Cikandung, dan Wisata Alam Pangjugjugan. 

Sabtu, 07 September 2019


Pejalan Kaki

Aku melihat, trotoar ber-paving blok di kedua sisi jalan itu cukup lebar. Jika keduanya disatukan, lebarnya hampir selebar jalan beraspal yang diapitnya. Para pejalan kaki melangkah kaki begitu leluasa dan tanpa hambatan. Mereka menikmati hak mereka di tempat yang seharusnya. Sama seperti pengendara mobil, motor, dan sepeda menjalankan kendaraan mereka di jalan yang mulus tak berkubang dan berlubang itu. Aku terkesima dan aku sadar saat itu aku sedang menonton sebuah film produk Jepang.


Ketertiban barang langka bagiku, bagi warga yang mendiami sebuah kota besar di Indonesia. Di kota ini, di tanah kelahiranku, trotoar bukan tempat pedestarian merasakan kenyamanan berjalan kaki. Jarang sekali ada trotoar yang lebar. Kebanyakan sempit dan tak tertata rapi. Di beberapa titik bolong dan penuh sampah. Bungkus rokok berikut puntungnya, bekas kemasan cemilan, bersatu dengan dedaunan yang berguguran dan busuk, memenuhinya. Dan aku harus menepi jika berpapasan dengan kios dan kedai pecel lele.


CITARUM, SELAYANG PANDANG SEJARAH

Apakah Citarum sudah ada sejak Pulau Jawa tercipta beradab-abad sebelum Masehi? Saya belum tahu. Keberadaan sungai ini baru tertulis begitu Tanah Sunda atau Priangan memasuki abad sejarah; maksudnya, ketika nama sungai ini tertulis dalam aksara—bukan hanya terpendam dalam ingatan kolektif hasil penuturan lisan.

Banyak ahli berpendapat bahwa nama Citarum berasal dari tarum alias nila, tumbuhan pewarna untuk mencelup benang atau kain. Kata “tarum” sendiri sudah menempel pada sebuah kerajaan kuno di sekitar Bekasi, yakni Tarumanagara. Banyak prasasti ditemukan yang membuktikan keberadaan kerajaan bercorak Hindu tersebut.


MEMAHAMI PAPUA MELALUI MITOLOGI MEREKA


Papua kembali bergejolak. Isu “Papua Merdeka” menyeruak kuat lagi. Dan bangsa ini kerap gagal memahami mereka. Yang paling banter pemerintah lakukan hanya mengawasi mereka dengan penuh curiga, mengantisipasi kemungkinan “pemberontakan”, mengekspolitasi sumber daya alam mereka, dan fokus pada infrastruktur saja. Kita enggan, atau lupa, atau tak mau tahu alasan psikologis-kultural sebagian masyakarat Papua yang sudah tak nyaman berada dalam genggaman Republik ini.

Kita abai mempelajari tradisi, mentalitas, dan pola hidup masyarakat Papua. Padahal, itulah kata-kata kuncinya, dan itu semua terangkum dalam mitologi-mitologi mereka. Sayangnya pula, kita yang mengaku orang modern menganggap mitologi atau mitos itu cuma cocok bagi anak-anak sebagai acuan moral saja (agar disebut “cinta tanah-air”). Sementara, para orangtua menyibukkan diri dalam majelis-majelis keagamaan, mendengarkan kotbah kotbah yang temanya justru memusuhi tema tema dalam mitos mitos yang ada di Nusantara ini. Ironis! Mereka cuma bilang serampangan: mitos kan peninggalan masyarakat “animisme” dan “dinamisme”, kaum “penyembah berhala”. Padahal, agama pun, dalam beberapa hal, juga mitos!