Pejalan Kaki
Aku melihat,
trotoar ber-paving blok di kedua sisi
jalan itu cukup lebar. Jika keduanya disatukan, lebarnya hampir selebar jalan
beraspal yang diapitnya. Para pejalan kaki melangkah kaki begitu leluasa dan
tanpa hambatan. Mereka menikmati hak mereka di tempat yang seharusnya. Sama
seperti pengendara mobil, motor, dan sepeda menjalankan kendaraan mereka di
jalan yang mulus tak berkubang dan berlubang itu. Aku terkesima dan aku sadar saat
itu aku sedang menonton sebuah film produk Jepang.
Ketertiban barang
langka bagiku, bagi warga yang mendiami sebuah kota besar di Indonesia. Di kota
ini, di tanah kelahiranku, trotoar bukan tempat pedestarian merasakan
kenyamanan berjalan kaki. Jarang sekali ada trotoar yang lebar. Kebanyakan
sempit dan tak tertata rapi. Di beberapa titik bolong dan penuh sampah. Bungkus
rokok berikut puntungnya, bekas kemasan cemilan, bersatu dengan dedaunan yang
berguguran dan busuk, memenuhinya. Dan aku harus menepi jika berpapasan dengan
kios dan kedai pecel lele.